Kamis, 11 Desember 2008

Angkutan Darat Bandung-Sukabumi

Entah kenapa, tulisan tentang angkutan darat (bis) Bandung-Sukabumi-lah yang pengen saya terbitin. Mungkin karena selama kurang lebih 2 bulan belakangan ini saya akrab dengan bis-bis jurusan Bandung-Sukabumi...tapi sumpah, saya 'gak kenal satu pun supir atau keneknya! Mungkin akan lebih baik bagi perusahaan jasa angkutan tersebut menggunakan icon-icon...uhm, celebrity untuk menambah daya tarik konsumen menaiki bis-bis mereka. Kaya'nya sih he-eh, daripada para sekuter (selebritis kurang terkenal) itu mencari ketenaran dengan cara menyanyi atau apalah yang jelas-jelas tidak sesuai dengan 'keahlian' mereka. Contohnya: artis 'A'...dia jadi artis sinetron karena wajah cantiknya. Mungkin ada sedikit nepotisme, tapi itu ga' masalah, karena memang wajah yang cantik menjadi modal utama untuk muncul di layar kaca. Soal kemampuan akting, hal itu bisa diperdalam sambil terus berkiprah di layar kaca...bahasa kerennya, learning by doing. Tapi, alih-alih belajar akting, dia malah muncul juga di bidang tarik suara. Padahal, suaranya enggak begitu enak didengar (terima kasih untuk para pencipta lagu jempolan, yang membuat rakyat Indonesia terbuai dengan lagu-lagunya...walaupun kualitas suara sang penyanyi sangat pas-pasan). Nah, daripada merusak telinga dan otak masyarakat dengan suara-suara yang dibagus-bagusin...mendingan para artis yang aji mumpung tadi nongol di bis-bis untuk menarik minat calon penumpang menaiki bis tersebut. Bagaimana jika Shah Rukh Khan didaulat menjadi supir bis Damri, biar para penumpang jadi betah sepanjang perjalanan! He-he-he...!
Waduh...kok jadi ngomongin itu ya? Maaf-maaf...
Soal perjalanan darat menggunakan bis Bandung-Sukabumi, ada beberapa perusahaan bis yang ingin saya ulas. Untuk perusahaan-perusahaan bis tersebut, mungkin tulisan ini bisa dijadikan acuan untuk memperbaiki kinerja kalian...khususnya dalam melayani penumpang dengan lebih baik. Jangan tersinggung ya kawan...!
1. Sangkuriang
Awal-awalnya saya cukup nyaman menumpang bis tersebut, karena Sang Kuriang dapat membuat penumpang tidak menghiraukan jenuhnya perjalanan Bandung-Sukabumi. Di beberapa area pemandangan terasa tidak enak dilihat. Terutama di daerah Cipatat (kalau tidak salah), di mana bukit dipangkas untuk diambil kapurnya. Saya tidak tahu dengan pendapat kalian mengenai pemandangan ini, tapi saya merasa miris dengan pemandangan seperti ini.
Sangkuriang, dengan corak warna merah-abu-abu yang terlihat sangar tapi anggun, dapat membawa penumpang menempuh jarak Bandung-Sukabumi dengan waktu sekitar 3 jam. Hmm...not bad!
Untuk urusan keamanan, saya menganjurkan kepada perusahaan bis untuk lebih membuat para penumpangnya aman dan nyaman...bukan hanya nyaman. Pada armada mereka, bangku penumpangnya cukup nyaman dan terasa nikmat bagi para penumpang untuk tidur sejenak di dalam bis...terutama bagi para penumpang yang membutuhkan stamina yang cukup fit, setelah telephone-telephonan semalaman (kali ini saya belum mau menyinggung jasa perusahaan -perusahaan telekomunikasi yang memurahkan tarif di malam hari..maksud saya MALAM hari). Kembali lagi ke bangku-bangku penumpang yang nyaman milik Sangkuriang, saya mengusulkan bagaimana jika di antara kaca bis dengan bangku dipasangi spons atau sejenisnya. Bukan cuma list aluminium untuk mempercantik saja. Soalnya begini...bagaimana jika penumpang terlelap, lalu secara tidak sadar kepalanya menghantam list aluminium yang cukup tajam tersebut? Dan jika mereka sampai terluka, bukan hanya memar, yang saya tahu di dalam bis tersebut juga tidak menyediakan kotak P3K.
Oia...masih soal kenyamanan penumpang, di dalam bis tersebut dipasang televisi. Tetapi sayangnya, penumpang tidak kuasa merubah channel-nya. Seolah-olah, televisi tersebut hanya untuk kenyamanan para crew bis. Saya beranggapan demikian karena pada malam itu, saya ingin sekali menonton pertandingan sepakbola Indonesia-Singapura yang disiarkan RCTI. Ketika saya memohon (sampai 2 kali!) kepada sang kondektur untuk merubah channel-nya, dia hanya diam saja seolah tak menghiraukan saya. Yang disetel hanyalah sinetron, yang saya perhatikan...tidak ada satu penumpang pun yang menghiraukan sinetron kacangan tersebut! Sedikit kesal sih, tapi untungnya hari itu berlangsung sangat-sangat-sangat baik dan membuat saya melupakan pertandingan sepakbola. Atau mungkin, Allah menjaga perasaan
saya. Dan perasaan hebat yang saya rasakan tidak tercemar dengan hasil buruk yang diraih tim nasional sepakbola Indonesia. Thank God!
2. MGI
Sampai detik ini saya belum tahu MGI itu singkatan dari apa? Soalnya tulisan yang terdapat di bawahnya adalah "Sarana Tranportasi..." (kalau tidak salah), yang jelas-jelas bukan kepanjangan dari MGI. Bahkan, i don't even know how to spell it? Is it em-ji-ai, atau em-ge-i?
Untuk pelayanannya, suatu waktu saya diberi segelas plastik Aqua ketika sedang dalam perjalanan. Wow! Mungkin cuma Aqua yang harganya berkisar antara Rp 500, tapi kesannya cukup baik. Mereka tahu cara memanjakan para penumpangnya.
Bahkan mereka dapat membawa penumpang Bandung-Sukabumi dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Setengah jam merupakan waktu yang cukup baik bagi mereka yang sedang dalam perjalanan bisnis, dan memerlukan waktu yang lebih banyak sebagai persiapan kelancaran bisnis mereka. Keep up the good work, Pal!
3. Maya Raya
Waduh...ini bis AC terparah yang saya tahu. Mereka memang menggunakan fasilitas AC, tetapi mereka tidak melayani penumpang layaknya bis-bis AC dari perusahaan lain. Maya Raya tetap saja menaiki penumpang, padahal semua bangku telah terisi. Saya sering melihat gejala ini, pada MetroMini di Jakarta! Sang kondektur terus saja berteriak "kosong...kosong..!" padahal penumpang sudah berdesakan dan saling bertukar aroma tubuh. Pertukaran aroma tubuh yang saya maksud di sini, bukan pertukaran aroma antara parfume Hugo Boss dengan CK...melainkan Axe dengan aroma ikan asin! My Gosh...!
Saya tidak merasa heran sekarang mengapa tarif bis Maya Raya lebih murah dibandingkan tarif bis Sangkuriang atau MGI kalau begini caranya.
Kelebihannya, trayek bis ini adalah Sukabumi-Cirebon. Mungkin hal ini lebih baik bagi mereka yang ingin sampai ke tengah kota Bandung, bukan di pinggiran kota Bandung (Leuwi Panjang). Sewaktu memasuki kota kembang bis ini masuk dari arah tol Pasteur bukan di pintu tol Holis seperti bis-bis lain yang memasuki terminal Leuwi Panjang.
4. Bis non AC...untuk kali ini saya mengambil sample pada Langgeng Jaya
Bagi Anda yang ingin segera mencapai kota Bandung (atau Sukabumi), pilihan terbaik adalah bis yang berangkat paling pagi. Yang saya tahu dari pembicaraan kami, antar penumpang bis dan para pengejar waktu, bis yang berangkat di bawah jam 5 subuh tidak dikenai target setoran. Jadi jika bis itu berangkat pertama kali melakukan perjalanan, dari Sukabumi pukul 5 pagi, mereka hanya diwajibkan setor kepada perusahaan pada waktu mereka melakukan perjalanan ke-2...yaitu dari Bandung ke Sukabumi.
Betul juga, bis yang saya naiki subuh itu tetap menancap gas padahal penumpangnya hanya beberapa kepala saja. Pukul 7.30, saya sudah tiba di terminal Leuwi Panjang. untuk menikmati bubur ayam Bandung (meskipun saya kurang begitu suka dengan bubur ayam). Pilihan yang baik bagi pengejar waktu seperti saya. Waktu tempuh yang terasa singkat dmembuat saya melupakan ketidaknyamanan duduk di dalam bis tersebut. Bagaimana saya mau nyaman, jika duduk saja harus tegak (hampir) 90 derajat?! Boro-boro mau tidur...! Orang lagi enak-enaknya ngantuk, saya dikejutkan dengan para pedagang asongan yang menaruh barang dagangannya di paha saya. Kontan saja saya kaget dan tidak bisa tidur lagi. Tapi saya akhirnya sadar, memang bis ekonomi seperti itu. Ya sudahlah, yang penting waktu! Kata pepatah (atau apalah namanya), "Anda perlu waktu, kami perlu uang".
Saat ini, baru sebegitu yang bisa saya bahas. Semoga tulisan saya tersebut dapat bermanfaat bagi kalian yang ingin menempuh jarak Bandung-Sukabumi dengan tujuan apapun, baik itu bisnis, pleasure, atau apalah...! So, never missed the bus...not like those kids named Kris Kross.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar