Rabu, 15 Desember 2010

The Semifinal is Around the Corner

Pada perhelatan Piala AFF kali ini, ekspektasi rakyat Indonesia terhadap timnas sangat besar agar Indonesia berhasil keluar jadi juara. Hal ini disebabkan prestasi timnas yang tak kunjung membaik dan seperti mengalami masa hibernasi. Mungkin baru sekarang timnas kita menunjukan permainan yang baik dan bisa membawa titel juara Asia Tenggara ke tanah air sejak pertama kalinya kejuaraan ini digelar dengan nama Tiger Cup. Kejuaraan ini memang bersifat regional (Asia Tenggara) saja, namun bak Piala Dunia di pikiran kami seluruh rakyat Indonesia yang haus akan prestasi timnas. “In-do-ne-sia…jeng-jeng, jeng, jeng!” harus terus berkumandang. Entah itu dari cabang olahraga bulutangkis ataupun sepakbola yang merupakan olahraga nomor satu di dunia.
Sebetulnya hanya kebetulan semata jika saya membawa kebanggaan nama Bachdim karena adanya sosok Irfan Bachdim sebagai salah satu anggota timnas kita. Jika namanya tak tercantum di timnas Indonesia, toh saya tetap bangga dengan timnas Indonesia sampai kapan pun. Hanya segelintir orang picik yang mencoba mencari keuntungan atas prestasi timnas kali ini. Diantaranya seperti DT yang mencoba “menjatuhkan” kebanggaan terhadap tanah air dengan menggugat kaus timnas yang diproduksi oleh Nike, yang menggunakan simbol Burung Garuda. Saya kurang mengerti, siapa yang patut disalahkan atas kejadian ini? Apakah Menpora yang bekerja sangat lambat, dengan belum mengeluarkan izin hingga saat kejuaraan dimulai (menurut DT, TV One 15 Desember 2010)? Ataukah para anggota dewan yang menetaskan UU No. 24 tahun 2009, yang menyatakan simbol-simbol negara hanya boleh dipergunakan oleh duta bangsa yang bekerja ke luar negeri? Ataukan pemerintah, yang telah mempersilahkan rakyat memilih anggota dewan dengan kantung tebal tapi berotak kosong?

Selain adanya kasus DT vs rakyat di atas, mungkin para supporter timnas yang datang langsung untuk memberi semangat kepada timnas Indonesia di Gelora Bung Karno ada yang merasa gerah dengan kenaikan harga tiket. Tak apalah kawan, toh ini untuk kemajuan sepakbola Indonesia juga (jika memang benar peruntukannya seperti yang dijelaskan).
Dan ada satu hal lagi, yakni pemasangan spanduk yang mengelu-elukan nama Nurdin Halid di beberapa titik di Gelora Bung Karno. Hahaha…lucu sekali orang ini. Tidak sepantasnya dia mengelu-elukan namanya seperti itu di perhelatan negara seperti ini. Bukankah sejak SD kita sudah belajar untuk tidak mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan nasional? Nampaknya Anda perlu belajar lagi ke SD, Bung! Aksi Bung Nurdin ini mungkin karena ada desakan dari beberapa (baca: sebagian besar) pihak yang menuntutnya untuk mundur dari kursi kepemimpinan PSSI, karena selama era kepemimpinannya PSSI jauh dari prestasi yang membanggakan. Ditambah dengan pembiaran atau mungkin pendukungan terhadap aksi tidak fair play dari oknum-oknum, seperti wasit, yang jelas-jelas membawa persepakbolaan nasional menjadi tidak enak ditonton dan jelas-jelas membuat bibit sepakbola nasional pada kabur. Mereka tidak salah, Bung! Mereka hanya ingin bangga terhadap negara ini dari sepakbolanya…bukan dari peringkat atas negara korup dan birokrasi paling rumit.

Ayo kita dukung insan-insan olahraga yang sedang membela kebanggaan bangsa dengan sekuat tenaga! Bahkan Jon Mar pun siap untuk mempelopori penggalangan dana jika kaus timnas dinyatakan bersalah dan dihukum denda oleh pangadilan a la kasus Prita.
Kesimpulannya, saya setuju sekali jika ada pemisahan olahraga dengan politik (athletics without politics). Bagaimana pun, kita dukung timnas Indonesia di semifinal AFF Cup antara Indonesia vs Filipina! Bagi teman-teman yang tidak bisa datang langsung ke Gelora Bung Karno, sediakan saja pisang goreng atau minuman coklat hangat untuk menemani kalian menonton pertandingan itu pada layar kaca (enak juga kok, ada siaran ulangnya…hehehe!).
“In-do-ne-sia…jeng-jeng, jeng, jeng!”
“In-do-ne-sia…jeng-jeng, jeng, jeng!”
“In-do-ne-sia…jeng-jeng, jeng, jeng!”